Minggu, 30 September 2012

ASKEP PERILAKU KEKERASAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah laku yang destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri.
Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang timbul sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan memicu individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai sampai pada perilaku kekerasan atau gaduh gelisah.
Perilaku kekerasan dengan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan ini sebagian besar mudah dilihat di ruang Elang, karena ruang Elang merupakan ruang akut, ruang pertama klien rawat inap, semua gejala skizofrenia dapat jelas diobservasi. Karakteristik masalah klien di ruang Elang dari Januari –februari 2009 didapatkan data yang mengalami perilaku kekerasan terdiri dari 31 orang (20,6%). Halusinasi terdiri dari 102 orang (68%), isolasi sosial terdiri dari 12 orang (8%), HDR terdiri dari 1 orang (0,8%) dan waham terdiri dari 4 orang (2,6%).
Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera, terutama jika klien berada pada fase amuk.Kemampuan perawat berkomunikasi secara terapeutik dan membina hubungan saling percaya, sangat diperlukan dalam penanganan klien marah pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi perilaku marah yang konstruktif.
Berdasarkan uraian diatas, kami tertarik mengangkat masalah dengan judul makalah “Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan”.
B. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa  konsep dasar medis perilaku kekerasan?
  2. Apa konsep dasar asuhan kaeperawatan perilaku kekerasan?
  3. Bagaimana Mengaplikasikan proses keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan?
C. TUJUAN PENULISAN
  1. Agar dapat  memahami konsep dasar medis perilaku kekerasan?
  2. Agar dapart memahami konsep dasar asuhan kaeperawatan perilaku kekerasan?
  3. Mengetahui bagaimana Mengaplikasikan proses keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan?

BAB II
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN


A.      KONSEP DASAR MEDIS

1.       Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
Tanda dan Gejala :
1.       Muka merah
2.       Pandangan tajam
3.       Otot tegang
4.       Nada suara tinggi
5.       Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6.       Memukul jika tidak senang
2.       Penyebab perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
Tanda dan gejala :
1.       Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2.       Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3.       Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4.       Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5.       Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)
3.       Akibat dari Perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a)       Memperlihatkan permusuhan
b)       Mendekati orang lain dengan ancaman
c)       Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d)       Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e)       Mempunyai rencana untuk melukai

B.      Asuhan Keperawatan Prilaku Kekerasan

1.       Pengkajian 

a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b, Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2.       Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.

a. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
b. Data objektif       

Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

a. Data Subjektif :
a)       Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b)       Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
c)       Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif
a)       Mata merah, wajah agak merah.
b)       Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c)       Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d)       Merusak dan melempar barang barang.
3.       Intervensi Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk

Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
Tujuan Khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :
a)       Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b)       Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c)       Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d)       Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e)       Beri rasa aman dan sikap empati.
f)        Lakukan kontak singkat tapi sering.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan :
a)       Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b)       Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c)       Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :
a)       Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
b)       Observasi tanda perilaku kekerasan.
c)       Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:
a)       Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b)       Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c)       Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:
a)       Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b)       Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c)        Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :
a)       Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
b)       Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
c)        Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat, yaitu:
a.        Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b.        Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/ tersinggung.
c.        Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
d.        Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:
a)       Bantu memilih cara yang paling tepat.
b)       Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c)       Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d)       Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e)       Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan

Tindakan :
a)       Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga selama ini.
b)       Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
c)       Jelaskan cara – cara merawat klien
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:
a)       Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
b)       Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
c)       Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
d)       Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
e)       Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
f)        Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah

a. Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1)       Bina hubungan saling percaya,
2)       Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
3)       Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
4)       Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


Tindakan :
1)       Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2)       Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
3)       Utamakan memberi pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :
a)       Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
b)       Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :
a)       Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
b)       Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c)        Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya

Tindakan :
a)       Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b)       Beri pujian atas keberhasilan klien.
c)        Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan :
a)       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
b)       Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c)        Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d)       Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga


BAB III
KASUS

“  SEORANG PASIEN MASUK RUMAH SAKIT JIWA DI MAKASSAR DI RUANG RAWAT MAHONI, KLIEN MASUK DI RSJ PADA TANGGAL 27 JANUARI 2012, KARENA MEMECAHKAN BARANG-BARANG DI DAPUR DAN HAMPIR MENIKAM SUAMINYA, KLIEN MENGATAKAN DIA MENGAMUK DAN MARAH KEPADA SUAMINYA KARENA SUAMINYA MENIKAH LAGI.
SAAT INTERAKSI DENGAN KLIEN, KLIEN NAMPAK TEGANG, NADA SUARA TINGGI KETIKA DITANYA TENTANG SUAMINYA, DI RUANGAN BERTERIAK-TERIAK DAN HASIL DARI WAWANCARA MENUNJUKKAN KEBENCIAN TERHADAP LAKI-LAKI.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.      Pengkajian

1.       Faktor predisposisi
Klien memecahkan barang-barang di dapur dan hampir menikam suaminya.

2.       Faktor presipitasi
Klien marah karena suaminya ternyata menikah lagi
B.      Klasifikasi data

a.       Data subjektif:
1)       Nada suara klien tinggi ketika ditanya tentang suaminya.
2)       Klien sering berteriak di ruangan.

b.       Data objektif
1)       Klien nampak tegang ketika berinteraksi dengan perawat.
2)       Klien menunjukkan kebencian terhadap laki-laki.


C.     pohon masalah
Resiko mencederai
Orang lain/ lingkungan
 


Perilaku Kekerasan (CP)
 


Gangguan harga diri: harga diri rendah


D.     diagnosa keperawatan
       Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
      Di tandai dengan:
Data subjektif:
a.       Nada suara klien tinggi ketika ditanya tentang suaminya.
b.       Klien sering berteriak di ruangan.

Data objektif
a.       Klien nampak tegang ketika berinteraksi dengan perawat.
b.       Klien menunjukkan kebencian terhadap laki-laki.



RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien:                                                                                                                                                                  Dx. Medis :
Ruang:                                                                                                                                                                          No. CM. :

TGL


NO
DX

DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN

INTERVENSI

TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
1
2
3
4
5
6


Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
TUM:
Klien tidak mencederai dengan
melakukan manajemen perilaku
kekerasan.
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan
saling percaya
1.1   Klien mau membalas salam
2.1   Klien mau menjabat tangan
3.1   Klien mau menyebutkan nama
4.1   Klien mau tersenyum
5.1   KLien mau kontak mata
6.1   KLien mau mengetahui nama perawat.
1.1.1      Beri salam/ panggil nama
1.1.2      Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
1.1.3      Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.1.4      Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
1.1.5      Beri rasa aman dan sikap empati
1.1.6      Lakukan kontak singkat tapi sering



TUK 2:
Klien dapat
mengidentifikasikan penyebab
perilaku kekerasan.
Klien mengungkapkan
perasaannya
Klien dapat mengungkapkan
penyebab perasaan jengkel/
kesal (dari diri sendiri, dari
lingkungan/ orang lain).
Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya
2.2.1 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/ kesal



TUK 3:
Klien dapat
mengindentifikasikan tandatanda
perilaku kekerasan
3.1   Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/ jengkel
3.2   Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami
3.1.1   Anjurkan klien untuk mengungkapkan yang dialami dan rasakan saat jengkel/ kesal
3.1.2   Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
3.1.3   Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien



TUK 4:
Klien dapat mengindentifikasi
perilku kekerasan yang biasa
dilakukan.


Klien dapat mengungkapkan
perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Klien dapat bermain peran
dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
Klien dapat dilakukan cara
yang biasa dapat
menyelesaikan masalah atau
tidak.
4.1.1    Anjurkan klien untuk men gungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
4.1.2    Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.1.3    Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai



TUK 5:
Klien dapat mengidentifikasi
akibat perilaku kekerasan
5.1   Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien
5.1.1    Bicarakan akibat/ kerug ian dari cara yang dilakukan klien
5.1.2    Bersama klien menyimpu lkan akibat dari cara yang digunakan oleh klien
5.1.3    Tanyaka n pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”




TUK 6:
Klien dapat medefisinisikan
cara konatruktif dalam berespon
terhadap kemarahan
5.1   Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif
6.1.1   Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”
6.1.2   Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
6.1.3   Diskusikan dengn klien cara lain yang sehat:
a.       Secara fisik: tarik napas dala m, jika sedang kesal/ memukul bantal/ kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
b.       Secara verbal: katakan bahwa a nda sedang kesal/ tersinggung/ jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu , saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya) Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara yang sehat, latihan asertif.
c.       Latihan manajemen perilaku kekerasan
d.       Secara spiritual: anjurkan kli en sembahyang, berdoa/ ibadah lai n, meminta pada Tuhan, untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan tentang kekerasan/ kejengkelan.



TUK 7:
Klien dapat mendemonstrasikan
cara mengontrol perilaku
kekerasan
7.1   Kien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
·      Fisik: tarik napas dalam, olah raga, pukul kasur dan bantal.
·      Verbal: mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti
·      Spiritual: sembahyang, berdoa atau ibadah klien
7.1.1      Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah diplih
7.1.2      Bantu klien menstimulasikan tersebut (role play)
7.1.3      Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
7.1.4      Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah
7.1.5      Susun jadual melakukan cara yang telah Dipelajari



TUK 8:
Klien dapat menggunakan obat
dengan benar (sesuai program
pengobatan)
8.1   Klien dapat menyebutkan obatobat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis, dan efek)
8.2   Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengelolaan
8.1.1      Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
8.1.2      Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizing dokter
8.1.3      Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol o bat, dosis obat, waktu dan cara minum)
8.1.4      Jelaskan manfaat minum obat dan efek obta yang perlu diperhatikan
8.1.5      Anjurkan klien minta ob at dan minum obat tepat waktu
8.1.6      Anjurkan klien melapork an pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan
8.1.7      Beri pujian jika klien minum obatdengan benar




E.      STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
a.       Masalah: Perilaku kekerasan
b.       Pertemuan: Ke 1 (satu)
a.       Proses Keperawatan
1.       Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena klien memecahkan barang di dapur dan hampir menikam suaminya.
2.       Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.       TUK : 1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah
b.       Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1.       Orientasi
1.       Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Anna. Panggil saya suster Anna.Namanya
siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat ibu.
2.       Evaluasi/ validasi
Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
3.       Kontrak
1)       Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan ibu  marah
2)       Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?
3)       Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit
2.       Kerja
1)       Apa yang membuat ibu membanting piring dan gelas?
2)       Apakah ada yang membuat ibu kesal?
3)       Apakah sebelumnya ibu pernah marah?
4)       Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
5)       Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab ibu marah-marah.
3.       Terminasi
a.       Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
b.       Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab ibu marah.Bagus sekali.
c.       Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba ibu ingat lagi, penyebab ibu
marah yang belum kita bicarakan.
d.       Kontrak
a)      Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan ibu pada saat marah dan caramarah yang biasa ibu lakukan.
b)      Tempat: Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
c)      Waktu: Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
a.       Masalah: Perilaku kekerasan
b.       Pertemuan: Ke 2 (dua)

A.      Proses Keperawatan
1.       Kondisi : Klien dapat menyebabkan penyebab marah.
2.       Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.       TUK : 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
      2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
                  3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
B.      Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1.       Orientasi
a.       Salam terapeutik
Selamat siang ibu.
b.       Evaluasi/ validasi
a)       Bagaimana perasaan ibu saat ini?
b)       Apakah masih ada penyebab kemarahan ibu yang lain?
b.        Kontrak
a)      Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan ibu saat sedang marah
b)      Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat?
c)      Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?
2.       Kerja
a.       ibu pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang ibu
rasakan?
b.      Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir?
c.       Lalu apa biasanya yang ibu lakukan?
d.      Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?
e.       ibu, coba dipraktekkan cara marah ibu pada suster Anna. Anggap suster Anna adalah yang membuat ibu jengkel. Wah bagus sekali.
f.       Nah, bagaimana perasaan ibu setelah memukul meja?
g.      Apakah masalahnya selesai?
h.      Apa akibat perilaku ibu?
i.        Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa ke rumah sakit
j.        Bagaimana ibu, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat?
k.      Baiklah, waktu kita sudah habis.
3.        Terminasi
a.       Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
b.      Evaluasi Obyektif
a)       Apa saja yang kita bicarakan?
b)       Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
c)       Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
d)       Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.
c.       Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi perasaan ibu sewaktu marah, dan caraibu marah serta akibat yang terjadi. Kalau di runah sakit ada yang membuat ibu marah, langsung beritahu suster.
d.       Kontrak
a)       Waktu: Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?
b)       Tempat: Bagaimana kalau disini lagi?
c)       Topik: Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
a.       Masalah: Perilaku kekerasan
b.      Pertemuan: Ke 3 (tiga)
A.      Proses Keperawatan
1.       Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.
2.       Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.       TUK     : 1. Memilih satu cara marah yang konstruktif
                          2.  Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif
B.      Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1.       Orientasi
a)       Salam terapeutik
Selamat pagi ibu.
b)       Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan ibu saat ini?Wah bagus.
Apakah ada yang membuat ibu marah sore dan malam kemarin?
Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya ibu, masihada tambahan (jika perlu ulang satu-satu).
2.       Kontrak
a)       Topik :ibu masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akanlatihan cara marah yang sehat.
b)       Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
c)       Waktu :Mau berapa lama? 15 menit ya ibu.
3.       Kerja
a)       ibu ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
b)       Nah, ibu boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?
c)       Baiklah, kita latihan nafas dalam
d)        Jadi, kalau ibu kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalamagar cara marah yang lama tidak terjadi.
e)       Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak.hidung dan keluarkan dari mulut.
f)        Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari mulut. Oke, ulang sampai 5 kali.
4.       Terminasi
a.        Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?
b.       Evaluasi Obyektif
a.       Coba apa yang sudah kita pelajari?
b.       Bagus, berapa kali tarik napas dalam?
c.       Ya benar, 5 kali.
c.       Rencana Tindak Lanjut
a)       Nah, berapa kali sehari ibu mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali?
b)       Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum makan dan malam sebelum tidur
c)       Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada kasus ini adalah :
a.       Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.
b.       Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah
B.      Saran
Melihat kasus di atas marilah kita saling mengoreksi diri masing-masing untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan dan kekecewaan yang akhirnya akan membawa kita ke tahap depresi dan akan mengakibatkan diri kita mengalami gangguan jiwa.


DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G.W. dan Sunden,S J (1995). Principles and practice of psychiatric nursing (7th ed). St Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W. dan Sunden,S J (1995). Gangguan konsep diri : St Louis: Mosby Year Book
Keliat  Budi Ana,Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Jakarta : EGC,1999