BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Marah merupakan perasaan
jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Perasaan
marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.Bila perasaan marah
diekspresikan dengan perilaku agresif dan menantang, biasanya dilakukan
individu karena merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yang
berkepanjangan dan menimbulkan tingkah laku yang destruktif, sehingga
menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan
dan bahkan akan merusak diri sendiri.
Respon melawan dan
menentang merupakan respon yang maladaptif, yang timbul sebagai akibat dari
kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan memicu individu menjadi
pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Perilaku kekerasan
yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu agresif
memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan
ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai sampai pada perilaku
kekerasan atau gaduh gelisah.
Perilaku kekerasan dengan
resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan ini sebagian besar
mudah dilihat di ruang Elang, karena ruang Elang merupakan ruang akut, ruang
pertama klien rawat inap, semua gejala skizofrenia dapat jelas diobservasi.
Karakteristik masalah klien di ruang Elang dari Januari –februari 2009
didapatkan data yang mengalami perilaku kekerasan terdiri dari 31 orang
(20,6%). Halusinasi terdiri dari 102 orang (68%), isolasi sosial terdiri dari
12 orang (8%), HDR terdiri dari 1 orang (0,8%) dan waham terdiri dari 4 orang
(2,6%).
Perawat harus mampu
memutuskan tindakan yang tepat dan segera, terutama jika klien berada pada fase
amuk.Kemampuan perawat berkomunikasi secara terapeutik dan membina hubungan
saling percaya, sangat diperlukan dalam penanganan klien marah pada semua fase
amuk / perilaku kekerasan. Dengan dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan
untuk menurunkan emosi dan perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku
marah yang destruktif menjadi perilaku marah yang konstruktif.
Berdasarkan uraian diatas,
kami tertarik mengangkat masalah dengan judul makalah “Asuhan Keperawatan
Perilaku Kekerasan”.
B. RUMUSAN MASALAH
- Apa konsep dasar medis perilaku kekerasan?
- Apa konsep dasar asuhan kaeperawatan
perilaku kekerasan?
- Bagaimana
Mengaplikasikan proses keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan?
C. TUJUAN PENULISAN
- Agar
dapat memahami konsep dasar medis
perilaku kekerasan?
- Agar
dapart memahami konsep dasar asuhan kaeperawatan perilaku kekerasan?
- Mengetahui
bagaimana Mengaplikasikan proses keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan?
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1.
Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.(Stuart
dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
Tanda dan Gejala :
1.
Muka merah
2.
Pandangan tajam
4.
Nada suara tinggi
5.
Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6.
Memukul jika tidak senang
2.
Penyebab perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan
adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami
hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia
menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi
rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan
sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri ; pada dasarnya
manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini
tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri,
tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
Tanda dan gejala :
1.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan
diri sendiri)
3.
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4.
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5.
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah
disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
(Budiana Keliat, 1999)
3.
Akibat dari Perilaku kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat
menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a)
Memperlihatkan permusuhan
b)
Mendekati orang lain dengan ancaman
c)
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d)
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e)
Mempunyai rencana untuk melukai
B. Asuhan Keperawatan Prilaku
Kekerasan
1.
Pengkajian
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena
kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga
tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran
urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat
marah bertambah.
b, Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak
nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang
lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup
individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting
untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses
intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya,
konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan
orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah
laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan
kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral
mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan
norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan
amoral dan rasa tidak berdosa.
2.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.
a. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan
jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak
lingkungannya.
b. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,
melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2. Perilaku kekerasan /
amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
a. Data Subjektif :
a)
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b)
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c)
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif
a)
Mata merah, wajah agak merah.
b)
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c)
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d)
Merusak dan melempar barang barang.
3.
Intervensi Keperawatan
1. Resiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk
Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungannya
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina
hubungan saling percaya.
Tindakan :
a)
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,
sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b)
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c)
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d)
Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e)
Beri rasa aman dan sikap empati.
f)
Lakukan kontak singkat tapi sering.
b. Klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan :
a)
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b)
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c)
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
c. Klien dapat
mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a)
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
saat jengkel/kesal.
b)
Observasi tanda perilaku kekerasan.
c)
Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
d. Klien dapat
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a) Anjurkan mengungkapkan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b) Bantu bermain peran sesuai
dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c) Tanyakan "apakah
dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
e. Klien dapat
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a)
Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b)
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c)
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat
mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
a)
Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat
b)
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
c)
Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat, yaitu:
a.
Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah
raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/
tersinggung.
c.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah
yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
d.
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
g. Klien dapat
mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a)
Bantu memilih cara yang paling tepat.
b)
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c)
Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d)
Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam simulasi.
e)
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
h. Klien mendapat dukungan
dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan :
a)
Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap
apa yang telah dilakukan keluarga selama ini.
b)
Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
c)
Jelaskan cara – cara merawat klien
i. Klien dapat menggunakan
obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a)
Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien
dan keluarga.
b)
Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum
obat tanpa seizin dokter.
c)
Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
d)
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
e)
Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika
merasakan efek yang tidak menyenangkan.
f)
Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
2. Perilaku kekerasan
berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang
lain secara optimal
b. Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat
Tindakan :
1)
Bina hubungan saling percaya,
2)
Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
3)
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
4)
Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2. Klien dapat
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
1)
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2)
Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian
negatif
3)
Utamakan memberi pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai
kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a)
Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
b)
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah.
4. Klien dapat menetapkan/
merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
a)
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
b)
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c)
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan.
5. Klien dapat melakukan
kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Tindakan :
a)
Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b)
Beri pujian atas keberhasilan klien.
c)
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat
memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
a)
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
b)
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c)
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d)
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
BAB III
KASUS
“ SEORANG PASIEN
MASUK RUMAH SAKIT JIWA DI MAKASSAR DI RUANG RAWAT MAHONI, KLIEN MASUK DI RSJ
PADA TANGGAL 27 JANUARI 2012, KARENA MEMECAHKAN BARANG-BARANG DI DAPUR DAN
HAMPIR MENIKAM SUAMINYA, KLIEN MENGATAKAN DIA MENGAMUK DAN MARAH KEPADA
SUAMINYA KARENA SUAMINYA MENIKAH LAGI.
SAAT INTERAKSI DENGAN KLIEN, KLIEN NAMPAK TEGANG, NADA
SUARA TINGGI KETIKA DITANYA TENTANG SUAMINYA, DI RUANGAN BERTERIAK-TERIAK DAN
HASIL DARI WAWANCARA MENUNJUKKAN KEBENCIAN TERHADAP LAKI-LAKI.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Faktor predisposisi
Klien memecahkan barang-barang di dapur dan hampir menikam
suaminya.
2. Faktor presipitasi
Klien marah karena suaminya ternyata menikah lagi
B.
Klasifikasi data
a.
Data subjektif:
1)
Nada suara klien tinggi
ketika ditanya tentang suaminya.
2)
Klien sering berteriak di
ruangan.
b.
Data objektif
1)
Klien nampak tegang ketika
berinteraksi dengan perawat.
2)
Klien menunjukkan
kebencian terhadap laki-laki.
C. pohon masalah
Resiko
mencederai
Orang
lain/ lingkungan
Perilaku
Kekerasan (CP)
Gangguan harga diri: harga diri rendah
D. diagnosa keperawatan
Resiko mencederai orang lain berhubungan
dengan perilaku kekerasan
Di tandai dengan:
Data
subjektif:
a.
Nada suara klien tinggi
ketika ditanya tentang suaminya.
b.
Klien sering berteriak di ruangan.
Data objektif
a.
Klien nampak tegang ketika
berinteraksi dengan perawat.
b.
Klien menunjukkan
kebencian terhadap laki-laki.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien: Dx.
Medis :
Ruang:
No. CM. :
TGL
|
NO
DX
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
PERENCANAAN
|
INTERVENSI
|
|
TUJUAN
|
KRITERIA EVALUASI
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
|
Resiko
mencederai diri sendiri,
orang
lain, dan lingkungan
berhubungan
dengan perilaku
kekerasan.
|
TUM:
Klien
tidak mencederai dengan
melakukan
manajemen perilaku
kekerasan.
TUK 1:
Klien
dapat membina hubungan
saling percaya
|
1.1 Klien
mau membalas salam
2.1 Klien
mau menjabat tangan
3.1 Klien
mau menyebutkan nama
4.1 Klien
mau tersenyum
5.1 KLien
mau kontak mata
6.1 KLien
mau mengetahui nama perawat.
|
1.1.1 Beri
salam/ panggil nama
1.1.2 Sebutkan
nama perawat sambil jabat tangan
1.1.3 Jelaskan
maksud hubungan interaksi
1.1.4 Jelaskan
tentang kontrak yang akan dibuat
1.1.5 Beri
rasa aman dan sikap empati
1.1.6 Lakukan
kontak singkat tapi sering
|
|
|
|
TUK 2:
Klien
dapat
mengidentifikasikan
penyebab
perilaku kekerasan.
|
Klien
mengungkapkan
perasaannya
Klien
dapat mengungkapkan
penyebab
perasaan jengkel/
kesal
(dari diri sendiri, dari
lingkungan/ orang lain).
|
Beri kesempatan
untuk mengungkapkan
perasaannya
2.2.1
Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/ kesal
|
|
|
|
TUK 3:
Klien
dapat
mengindentifikasikan
tandatanda
perilaku kekerasan
|
3.1 Klien
dapat mengungkapkan perasaan saat marah/ jengkel
3.2 Klien
dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami
|
3.1.1 Anjurkan
klien untuk mengungkapkan yang dialami dan rasakan saat jengkel/ kesal
3.1.2 Observasi
tanda perilaku kekerasan pada klien
3.1.3 Simpulkan
bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien
|
|
|
|
TUK 4:
Klien
dapat mengindentifikasi
perilku
kekerasan yang biasa
dilakukan.
|
Klien
dapat mengungkapkan
perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
Klien
dapat bermain peran
dengan
perilaku kekerasan
yang
biasa dilakukan
Klien
dapat dilakukan cara
yang
biasa dapat
menyelesaikan
masalah atau
tidak.
|
4.1.1 Anjurkan
klien untuk men gungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
4.1.2 Bantu
klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.1.3 Bicarakan
dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai
|
|
|
|
TUK 5:
Klien
dapat mengidentifikasi
akibat perilaku kekerasan
|
5.1 Klien
dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien
|
5.1.1 Bicarakan
akibat/ kerug ian dari cara yang dilakukan klien
5.1.2 Bersama
klien menyimpu lkan akibat dari cara yang digunakan oleh klien
5.1.3 Tanyaka
n pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”
|
|
|
|
TUK 6:
Klien
dapat medefisinisikan
cara
konatruktif dalam berespon
terhadap
kemarahan
|
5.1 Klien
dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif
|
6.1.1 Tanyakan
pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”
6.1.2 Berikan
pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
6.1.3 Diskusikan
dengn klien cara lain yang sehat:
a. Secara
fisik: tarik napas dala m, jika sedang kesal/ memukul bantal/ kasur atau olah
raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
b. Secara
verbal: katakan bahwa a nda sedang kesal/ tersinggung/ jengkel (saya kesal
anda berkata seperti itu , saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan
saya) Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara yang sehat, latihan
asertif.
c. Latihan
manajemen perilaku kekerasan
d. Secara
spiritual: anjurkan kli en sembahyang, berdoa/ ibadah lai n, meminta pada
Tuhan, untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan tentang kekerasan/
kejengkelan.
|
|
|
|
TUK 7:
Klien
dapat mendemonstrasikan
cara
mengontrol perilaku
kekerasan
|
7.1 Kien
dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
·
Fisik: tarik napas
dalam, olah raga, pukul kasur dan bantal.
·
Verbal: mengatakan
secara langsung dengan tidak menyakiti
·
Spiritual: sembahyang,
berdoa atau ibadah klien
|
7.1.1 Bantu
klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah diplih
7.1.2 Bantu
klien menstimulasikan tersebut (role play)
7.1.3 Beri
reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
7.1.4 Anjurkan
klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah
7.1.5 Susun
jadual melakukan cara yang telah Dipelajari
|
|
|
|
TUK 8:
Klien
dapat menggunakan obat
dengan
benar (sesuai program
pengobatan)
|
8.1 Klien
dapat menyebutkan obatobat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis,
dan efek)
8.2 Klien
dapat minum obat sesuai dengan program pengelolaan
|
8.1.1 Jelaskan
jenis-jenis obat yang diminum klien
8.1.2 Diskusikan
manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizing dokter
8.1.3 Jelaskan
prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol o bat, dosis
obat, waktu dan cara minum)
8.1.4 Jelaskan
manfaat minum obat dan efek obta yang perlu diperhatikan
8.1.5 Anjurkan
klien minta ob at dan minum obat tepat waktu
8.1.6 Anjurkan
klien melapork an pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan
8.1.7 Beri
pujian jika klien minum obatdengan benar
|
E.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
a.
Masalah: Perilaku
kekerasan
b.
Pertemuan: Ke 1 (satu)
a.
Proses Keperawatan
1.
Kondisi : Klien datang ke
rumah sakit diantar keluarga karena klien memecahkan barang di dapur dan hampir
menikam suaminya.
2.
Diagnosa : Resiko merusak
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.
TUK : 1. Membina hubungan
saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah
b.
Strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan (SP)
1.
Orientasi
1.
Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Anna. Panggil saya suster Anna.Namanya
siapa,
senang dipanggil apa? Saya akan merawat ibu.
2.
Evaluasi/ validasi
Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
3.
Kontrak
1)
Topik : Bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan ibu marah
2)
Tempat : Mau dimana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?
3)
Waktu : Mau berapa lama?
Bagaimana kalau 10 menit
2.
Kerja
1)
Apa yang membuat ibu membanting
piring dan gelas?
2)
Apakah ada yang membuat ibu
kesal?
3)
Apakah sebelumnya ibu
pernah marah?
4)
Apa penyebabnya? Sama
dengan yang sekarang?
5)
Baiklah, jadi ada …….
(misalnya 3) penyebab ibu marah-marah.
3.
Terminasi
a.
Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
b.
Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab ibu marah.Bagus sekali.
c.
Rencana Tindak Lanjut
Baiklah,
waktu kita sudah habis. Nanti coba ibu ingat lagi, penyebab ibu
marah
yang belum kita bicarakan.
d.
Kontrak
a)
Topik: Nanti akan kita
bicarakan perasaan ibu pada saat marah dan caramarah yang biasa ibu lakukan.
b)
Tempat: Mau dimana kita
bicara? Bagaimana kalau kita disini?
c)
Waktu: Kira-kira 30 menit
lagi ya. Sampai nanti.
STRATEGI
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
a. Masalah: Perilaku kekerasan
b. Pertemuan: Ke 2 (dua)
A. Proses Keperawatan
1.
Kondisi : Klien dapat
menyebabkan penyebab marah.
2.
Diagnosa : Resiko merusak
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.
TUK : 1. Mengidentifikasi
tanda dan gejala perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan klien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1.
Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat
siang ibu.
b. Evaluasi/ validasi
a) Bagaimana perasaan ibu saat ini?
b) Apakah masih ada penyebab kemarahan ibu yang lain?
b. Kontrak
a)
Topik : Baiklah kita akan
membicarakan perasaan ibu saat sedang marah
b)
Tempat : Mau di mana?
Bagaimana kalau dikamar perawat?
c)
Waktu : Mau berapa lama?
Bagaimana kalau 15 menit saja?
2.
Kerja
a.
ibu pada saat dimarahi Ibu
(salah satu penyebab marah), apa yang ibu
rasakan?
b.
Apakah ada perasaan kesal,
tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir?
c.
Lalu apa biasanya yang ibu
lakukan?
d.
Apakah sampai memukul?
Atau marah-marah?
e.
ibu, coba dipraktekkan
cara marah ibu pada suster Anna. Anggap suster Anna adalah yang membuat ibu
jengkel. Wah bagus sekali.
f.
Nah, bagaimana perasaan ibu
setelah memukul meja?
g.
Apakah masalahnya selesai?
h.
Apa akibat perilaku ibu?
i.
Betul, tangan jadi sakit,
meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa ke rumah sakit
j.
Bagaimana ibu, maukah
belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat?
k.
Baiklah, waktu kita sudah
habis.
3.
Terminasi
a.
Evaluasi Subyektif
Bagaimana
perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
b.
Evaluasi Obyektif
a) Apa saja yang kita bicarakan?
b) Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi,
oke.
c) Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi,
oke.
d) Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah
sakit.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, sudah banyak yang
kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi perasaan ibu sewaktu marah, dan
caraibu marah serta akibat yang terjadi. Kalau di runah sakit ada yang membuat ibu
marah, langsung beritahu suster.
d. Kontrak
a) Waktu: Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?
b) Tempat: Bagaimana kalau
disini lagi?
c) Topik: Besok kita mulai
latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok.
STRATEGI
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
a.
Masalah: Perilaku kekerasan
b.
Pertemuan: Ke 3 (tiga)
A. Proses Keperawatan
1.
Kondisi : Klien dapat
menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta
akibat yang terjadi.
2.
Diagnosa : Resiko merusak
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.
TUK : 1. Memilih satu cara marah yang
konstruktif
2. Mendemonstrasikan satu cara marah yang
konstruktif
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1.
Orientasi
a) Salam terapeutik
Selamat
pagi ibu.
b) Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan ibu
saat ini?Wah bagus.
Apakah ada yang membuat ibu marah sore dan malam
kemarin?
Bagaimana dengan perasaan,
cara marah, dan akibat marahnya ibu, masihada tambahan (jika
perlu ulang satu-satu).
2.
Kontrak
a) Topik :ibu masih ingat apa yang akan
kita latih sekarang? Betul kita akanlatihan cara marah yang sehat.
b) Tempat : Mau dimana kita
bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
c) Waktu :Mau berapa lama? 15
menit ya ibu.
3.
Kerja
a) ibu ada beberapa cara marah
yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
b) Nah, ibu boleh pilih mau latihan
nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?
c) Baiklah, kita latihan
nafas dalam
d) Jadi, kalau ibu kesal dan perasaan sudah
mulai tidak enak segera nafas dalamagar cara marah yang lama tidak terjadi.
e) Caranya seperti ini, kita
bisa berdiri atau duduk tegak.hidung dan keluarkan dari
mulut.
f)
Coba ikuti suster, tarik
dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari mulut. Oke, ulang sampai 5
kali.
4.
Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana
perasaan ibu setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?
b. Evaluasi Obyektif
a. Coba apa yang sudah kita pelajari?
b. Bagus, berapa kali tarik napas dalam?
c. Ya benar, 5 kali.
c. Rencana Tindak Lanjut
a) Nah, berapa kali sehari ibu mau
latihan? Bagaimana kalau 3 kali?
b) Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang
sebelum makan dan malam sebelum tidur
c) Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal
BAB III
A.
Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.(Stuart
dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan bisa
disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan
Diagnosa
keperawatan yang biasa muncul pada kasus ini adalah :
a.
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan/ amuk.
b.
Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga
diri rendah
B.
Saran
Melihat
kasus di atas marilah kita saling mengoreksi diri masing-masing untuk tidak
terlalu larut dalam kesedihan dan kekecewaan yang akhirnya akan membawa kita ke
tahap depresi dan akan mengakibatkan diri kita mengalami gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart,
G.W. dan Sunden,S J (1995). Principles
and practice of psychiatric nursing (7th ed). St Louis: Mosby Year Book
Stuart,
G.W. dan Sunden,S J (1995). Gangguan
konsep diri : St Louis: Mosby Year Book
Keliat Budi Ana,Proses Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Jakarta : EGC,1999