A. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management) Tanpa Alat
1.
Pengertian
Suatu
tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal.
2.
Tujuan
Membebaskan
jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga
menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
1.
Pemeriksaan Jalan Napas :
L
= Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela
iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran
L
= Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F
= Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi
penolong
|
Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan
secara simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.
Tindakan
Membuka jalan nafas dengan proteksi
cervikal
- Chin
Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
- Jaw
thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut
rahang bawah)
- Head
Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
Gambar dan penjelasan lihat
dibawah.
Ingat! Pada pasien dengan dugaan
cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan
hati-hati dan mencegah gerakan
leher.
- Untuk
memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross
Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang
disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.
- Bila
jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
- Kegagalan
membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya
sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
- Bila
hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui
mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada
jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.
Gambar 2. Pemeriksaan
sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross finger
Tanda-tanda adanya sumbatan
(ditandai adanya suara nafas tambahan) :
- Mendengkur(snoring),
berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw
thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa
endotrakeal.
- Berkumur
(gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara
mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
- Stridor
(crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,
trakeostomi.
2. Membersihkan jalan nafas
Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat
karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti
gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
- Miringkan
kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka
mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver
emaresi)
- Gunakan
2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan
sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan
menyapu.
Gambar 3.
Tehnik finger sweep
3. Mengatasi sumbatan nafas parsial
Dapat digunakan teknik manual thrust
- Abdominal
thrust
- Chest
thrust
- Back
blow
Gambar dan penjelasan lihat di
bawah!
Jika sumbatan tidak teratasi, maka
penderita akan :
- Gelisah
oleh karena hipoksia
- Gerak
otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
- Gerak
dada dan perut paradoksal
- Sianosis
- Kelelahan
dan meninggal
Prioritas utama dalam manajemen
jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!
- Pasien
sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
- Beri
oksigen bila ada 6 liter/menit
- Jaga
tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi
leher netral
- Nilai
apakah ada suara nafas tambahan.
|
|
Gambar4.
Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya! Pangkal
lidah tampak menutupi jalan nafas
Lakukan teknik chin lift atau jaw
thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang
datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal!
Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat
otot pangkal lidah ke depan
Caranya : gunakan jari tengah dan
telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup
oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur
servikal.
Caranya : letakkan satu telapak
tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan
penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
Gambar 5. tangan
kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri
melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri
dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan
gigi atas
Gambar 6 dan
7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Mengatasi sumbatan
parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda padat.
Gambar 8.
Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya
|
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri
dan terlentang.
Caranya berikan hentakan mendadak
pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).
Abdominal Thrust
(Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk
Caranya : penolong harus berdiri di
belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong,
kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada
perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang
erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan
hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang
jelas.
Abdominal Thrust
(Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan
pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha
korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di
atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di
atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat
ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara
abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah
langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
pada yang dilakukan sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri
jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan,
letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang
sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma
dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan
menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi
Gambar 9.
Abdominal Thrust dalam posisi berdiri
Back Blow
(untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk
keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back
blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar
belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
Gambar 10.
Back blow pada bayi
Chest Thrust
(untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest
thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah
kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien).
Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik
lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan
Tindakan Pemasangan ETT (Endo
Tracheal Tube)/ Intubasi
A. PENGERTIAN
Pemasangan
Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi adalah memasukkan pipa jalan nafas
buatan kedalam trachea melalui mulut. Tindakan Intubasi baru dapat di
lakukan bila : cara lain untuk membebaskan jalan nafas (airway) gagal,
perlu memberikan nafas buatan dalam jangka panjang, ada resiko besar terjadi
aspirasi ke paru.
B.
TUJUAN
1. Membebaskan
jalan nafas
2. Untuk
pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).
C.
PERSIAPAN ALAT YANG DI GUNAKAN
1. Laryngoscope
2. Endotracheal
tube (ETT) sesuai ukuran (Pria : no. 7,7.5, 8 ) (Wanita no. 6.5, 7)
3. Mandrin
4. Xylocain jelly
5. Sarung
tangan steril
6. Xylocain
spray
7. Spuit
10 cc
8. Orofaringeal
tube (guedel)
9. Stetoskop
10. Bag
Valve Mask (ambubag)
11. Suction
kateter
12. Plester
13. Gunting
14. Masker
D. PERSIAPAN
TINDAKAN
1. Posisi
pasien terlentang dengan kepala ekstensi (bila dimungkinkan pasien di tidurkan
dengan obat pelumpuh otot yang sesuai )
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas memakai masker dan sarung tangan
4. Melakukan suction
5. Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan (Ventilator)
3. Petugas memakai masker dan sarung tangan
4. Melakukan suction
5. Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan (Ventilator)
- buka
blade pegang tangkai laryngoskop dengan tenang
- buka
mulut pasien
- masukan
blade pelan-pelan menyusuri dasar lidah-ujung blade sudah sampai di
pangkal lidah- geser lidah pelan-pelan ke arah kiri
- angkat
tangkai laryngoskop ke depan sehingga menyangkut ke seluruh lidah ke depan
sehingga rona glotis terlihat
- ambil
pipa ETT sesuai ukuran yang sudah di tentukan sebelumnya
- masukkan
dari sudut mulut kanan arahkan ujung ETT menyusur ke rima glotis masuk ke
cela pita suara
- dorong
pelan sehingga seluruh balon ETT di bawah pita suara
- cabut
stylet
- tiup
balon ETT sesuai volumenya
- cek
adakah suara keluar dari pipa ETT dengan Menghentak dada pasien dengan
ambu bag
- cek
ulang dengan stetoskop dan dengarkan aliran udara yang masuk leawt ETT
apakah sama antara paru kanan dan kiri
- fiksasi ETT dengan Plester
- hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen
6. Pernafasan yang adekuat dapat di
monitor melalui cek BGA (Blood Gas Analysis) ± ½ – 1jam setelah intubasi
selesai
7. Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi
8. catat respon pernafasan pasien pada mesin ventilator
7. Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi
8. catat respon pernafasan pasien pada mesin ventilator
A.
BANTUAN HIDUP
DASAR
Jika pada suatu keadaan ditemukan
korban dengan penilaian dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas,
tidak ditemukan adanya nafas dan atau tidak ada nadi, maka penolong
harus segera melakukan tindakan yang dinamakan dengan istilah BANTUAN HIDUP DASAR (BHD).
Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara
sederhana yang dapat membantu mempertahankan hidup seseorang untuk sementara.
Beberapa cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan membebaskan
jalan nafas, bagaimana memberikan bantuan penafasan dan bagaimana membantu
mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban, sehingga pasokan
oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak.
Penilaian dan perawatan yang dilakukan pada bantuan
hidup dasar sangat penting guna melanjutkan ketahapan selanjutnya. Hal ini
harus dilakukan secara cermat dan terus menerus termasuk terhadap tanggapan
korban pada proses pertolongan.
Bila tindakan ini dilakukan sebagai kesatuan yang
lengkap maka tindakan ini dikenal dengan istilah RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP).
Untuk memudahkan pelaksanaannya maka digunakan
akronim A- B - C yang berlaku universal.
A = Airway control atau penguasaan jalan nafas
B = Breathing Support atau bantuan pernafasan
C = Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan
Pijatan Jantung Luar dan menghentikan perdarahan besar.
Setiap tahap ABC pada RJP diawali dengan fase
penilaian :
penilaian respons, pernafasan dan nadi.
Penilaian respons.
Setelah memastikan keadaan aman (penilaian korban bag. 1), maka
penolong yang tiba ditempat kejadian harus segera melakukan penilaian dini (penilaian korban bag. 2).
Lakukan penilaian respons dengan cara menepuk bahu korban dan tanyakan dengan
suara lantang.
Aktifkan
sistem SPGDT
Di beberapa daerah yang Sistem
Penanganan Gawat Darurat Terpadunya sudah berjalan dengan baik, penolong dapat
meminta bantuan dengan nomor akses yang ada. Bila penolong adalah tim dari
sistem SPGDT maka tidak perlu mengaktifkan sistem tersebut. Prinsipnya adalah
saat menentukan korban tidak respons maka ini harus dilaporkan untuk memperoleh
bantuan.
Airway
Control (Penguasaan Jalan
Nafas)
Bila tidak ditemukan respons pada
korban maka langkah selanjutnya adalah penolong menilai pernafasan korban
apakah cukup adekuat? Untuk menilainya maka korban harus dibaringkan terlentang
dengan jalan nafas terbuka.
Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada
kasus-kasus korban dewasa tidak ada respons, karena pada saat korban kehilangan
kesadaran otot-otot akan menjadi lemas termasuk otot dasar lidah yang akan
jatuh ke belakang sehingga jalan nafas jadi tertutup. Penyebab lainnya adalah
adanya benda asing terutama pada bayi dan anak.
Penguasan jalan nafas merupakan prioritas pada semua korban.
Prosedurnya sangat bervariasi mulai dari yang sederhana sampai yang paling
rumit dan penanganan bedah. Tindakan-tindakan yang lain kecil peluangnya untuk berhasil
bila jalan nafas korban masih terganggu.
Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas
1.
Angkat Dagu Tekan Dahi :
Teknik ini dilakukan pada korban
yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang belakang. Akan
dijelaskan lebih lanjut disini.
2.
Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw
Thrust Maneuver)
Teknik
ini digunakan sebagai pengganti teknik angkat dagu tekan dahi. Teknik ini
sangat sulit dilakukan tetapi merupakan teknik yang aman untuk membuka jalan
nafas bagi korban yang mengalami trauma pada tulang belakang. Dengan teknik
ini, kepala dan leher korban dibuat dalam posisi alami / normal. Akan
dijelaskan lebih lanjut disini.
Ingat :
Teknik ini hanya untuk korban yang mengalami trauma tulang belakang atau curiga
trauma tulang belakang
1.
Pemeriksaan Jalan Nafas
Setelah
jalan nafas terbuka, maka periksalah jalan nafas karena terbukanya jalan nafas
dengan baik dan bersih sangat diperlukan untuk pernafasan adekuat. Keadaan
jalan nafas dapat ditentukan bila korban sadar, respon dan dapat berbicara
dengan penolong.
Perhatikan
pengucapannya apakah baik atau terganggu, dan hati-hati memberikan penilaian
untuk korban dengan gangguan mental.
Untuk korban
yang disorientasi, merasa mengambang, bingung atau tidak respon harus
diwaspadai kemungkinan adanya darah, muntah atau cairan liur berlebihan dalam
saluran nafas. Cara ini lebih lanjut akan diterangkan pada halaman cara
pemeriksaan jalan nafas.
2.
Membersihkan Jalan Nafas
a.
Posisi Pemulihan
Bila korban dapat bernafas dengan
baik dan tidak ada kecurigaan adanya cedera leher, tulang punggung atau cedera
lainnya yang dapat bertambah parah akibat tindakan ini maka letakkan korban
dalam posisi pemulihan atau dikenal dengan istilah posisi miring mantap.
Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika ada cairan maka cairan akan mengalir melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas.
Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika ada cairan maka cairan akan mengalir melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas.
b.
Sapuan Jari
Teknik hanya dilakukan untuk penderita yang tidak sadar, penolong menggunakan jarinya untuk membuang benda yang mengganggu jalan nafas.
Teknik hanya dilakukan untuk penderita yang tidak sadar, penolong menggunakan jarinya untuk membuang benda yang mengganggu jalan nafas.
B. BREATHING SUPPORT (BANTUAN PERNAFASAN)
Bila
pernafasan seseorang terhenti maka penolong harus berupaya untuk memberikan
bantuan pernafasan.
Teknik yang digunakan untuk memberikan bantuan pernafasan
yaitu:
A. Menggunakan mulut penolong:
1. Mulut ke masker RJP
2. Mulut ke APD
3. Mulut ke mulut / hidung
B. Menggunakan alat bantu:
Masker berkatup
|
Kantung masker berkatup (Bag Valve Mask /
BVM)
Frekuensi pemberian nafas buatan:
Dewasa : 10 - 12 x pernafasan / menit, masing-masing 1,5 - 2 detik
Anak (1-8th) : 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bayi (0-1th) : lebih dari 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bayi baru lahir : 40 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut:
- Penyebaran penyakit
- Kontaminasi bahan kimia
- Muntahan penderita
Saat memberikan bantuan pernafasan petunjuk yang dipakai untuk menentukan cukup tidaknya udara yang dimasukkan adalah gerakan naiknya dada. Jangan sampai memberikan udara yang berlebihan karena dapat mengakibatkan udara juga masuk dalam lambung sehingga menyebabkan muntah dan mungkin akan menimbulkan kerusakan pada paru-paru. Jika terjadi penyumbatan jalan nafas maka lakukan kembali Airway Control seperti yang dijelaskan diatas.
Beberapa tanda-tanda pernafasan:
1. Adekuat (mencukupi)
- Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernafasan
- Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung
- Korban tampak nyaman
- Frekuensinya cukup (12-20 x/menit)
2. Kurang Adekuat (kurang mencukupi)
- Gerakan dada kurang baik
- Ada suara nafas tambahan
- Kerja otot bantu nafas
- Sianosis (kulit kebiruan)
- Frekuensi kurang atau berlebihan
- Perubahan status mental
Frekuensi pemberian nafas buatan:
Dewasa : 10 - 12 x pernafasan / menit, masing-masing 1,5 - 2 detik
Anak (1-8th) : 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bayi (0-1th) : lebih dari 20 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bayi baru lahir : 40 x pernafasan / menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut:
- Penyebaran penyakit
- Kontaminasi bahan kimia
- Muntahan penderita
Saat memberikan bantuan pernafasan petunjuk yang dipakai untuk menentukan cukup tidaknya udara yang dimasukkan adalah gerakan naiknya dada. Jangan sampai memberikan udara yang berlebihan karena dapat mengakibatkan udara juga masuk dalam lambung sehingga menyebabkan muntah dan mungkin akan menimbulkan kerusakan pada paru-paru. Jika terjadi penyumbatan jalan nafas maka lakukan kembali Airway Control seperti yang dijelaskan diatas.
Beberapa tanda-tanda pernafasan:
1. Adekuat (mencukupi)
- Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernafasan
- Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung
- Korban tampak nyaman
- Frekuensinya cukup (12-20 x/menit)
2. Kurang Adekuat (kurang mencukupi)
- Gerakan dada kurang baik
- Ada suara nafas tambahan
- Kerja otot bantu nafas
- Sianosis (kulit kebiruan)
- Frekuensi kurang atau berlebihan
- Perubahan status mental
3.Tidak Bernafas
- Tidak ada gerakan dada dan perut
- Tidak terdengar aliran udara melalui mulut atau hidung
- Tidak terasa hembusan nafas dari mulut atau hidung
Bila menggunakan masker atau APD, pastikan terpasang dengan baik dan tidak mengalami kebocoran udara saat memberikan bantuan pernafasan.
C. CIRCULATORY SUPPORT (Bantuan Sirkulasi)
Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan Jantung Luar. Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada keadaan mati klinis.
- Tidak ada gerakan dada dan perut
- Tidak terdengar aliran udara melalui mulut atau hidung
- Tidak terasa hembusan nafas dari mulut atau hidung
Bila menggunakan masker atau APD, pastikan terpasang dengan baik dan tidak mengalami kebocoran udara saat memberikan bantuan pernafasan.
C. CIRCULATORY SUPPORT (Bantuan Sirkulasi)
Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan Jantung Luar. Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada keadaan mati klinis.
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jari di
atas permukaan lengkung iga kiri dan kanan. Kedalaman penekanan disesuaikan
dengan kelompok usia penderita.
- Dewasa : 4 - 5 cm
- Anak dan bayi : 3 - 4 cm
- Bayi : 1,5 - 2,5 cm
Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernafasan akan langsung mengikutinya, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernafasan dengan jantung masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena kekurangan oksigen.
Pada saat terhentinya kedua sistem inilah seseorang dinyatakan sebagai mati klinis. Berbekal pengertian di atas maka selanjutnya dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.
- Dewasa : 4 - 5 cm
- Anak dan bayi : 3 - 4 cm
- Bayi : 1,5 - 2,5 cm
Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernafasan akan langsung mengikutinya, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernafasan dengan jantung masih berdenyut, akan tetapi dalam waktu singkat akan diikuti henti jantung karena kekurangan oksigen.
Pada saat terhentinya kedua sistem inilah seseorang dinyatakan sebagai mati klinis. Berbekal pengertian di atas maka selanjutnya dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.
KEPUSTAKAAN
Barry A, Shapiro, MD,DABa, FCCP, Cs : Clinical Application of
Respitory Care, 49 –53
Laurence Martin, Md, FACP, FCEP. Pulmonary Psyology Inclinical
Practise, 1987, 33 – 39
Rahardjo
E, Penanganan gangguan Nafas dan Pernafasan Buatan Mekanik , 1997, 1- 5
Robert, M.K, PHD and James K. Stoller, MD., Current Respiratory
Care, 1988,90 - 92
Tidak ada komentar:
Posting Komentar