BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Anak adalah titipan
tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna
dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan Masa usia
dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk
memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang
anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans
terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
Setiap anak
dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya.Tak ada satu pun
yang luput dari Pengawasan dan Kepedulian-Nya.merupakan tugas orang tua dan
guru untuk dapat menemukan potensi tersebut. Syaratnya adalah penerimaan yang
utuh terhadap keadaan anak untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam
bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan
terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Dalam bidang
pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam
pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik
anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam
menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi
masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
B.
Rumusan
masalah
Agar
Pembahasan dari MAKALAH ini tidak lari dari pokok masalah dan pembahasannya
tetap berkonsentrasi pada satu bahan judul maka kami dari pemakalah perlu
menetapkan rumusan masalah yang akan di bahas :
1.
Menjelaskan tentang pendidikan anak dini!
2.
Menjelaskan tentang perkembangan kognitif anak
3.
Menjelaskan tentang peran keluarga!
4.
Menjelaskan tentang menumbuhkan kecerdasan anak usia
dini!
5.
Menjelaskan tentang karasteristik belajar anak!
6.
Menjelaskan tentang program pendidikan bagi anak usia
dini
C.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan MAKALAH ini adalah sebagai
berikut :
1.
Mahasiswa mampu memahami tentang pendidikan anak dini!
2.
Mahasiswa mampu memahami tentang perkembangan kognitif
anak!
3.
MenjMahasiswa mampu memahami tentang elaskan tentang peran
keluarga!
4.
Mahasiswa mampu memahami tentangmenumbuhkan kecerdasan
anak usia dini!
5.
Mahasiswa mampu memahami tentangkarasteristik belajar
anak!
6.
Mahasiswa mampu memahami tentangprogram pendidikan bagi
anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan
Anak Usia Dini
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu
yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan.Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi.
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini mulai lahir sampai baligh (kalau perempuan ditandai
menstruasi sedangkan laki-laki sudah mimpi sampai mengeluarkan air mani) adalah
tanggung jawab sepenuhnya orang tua. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia
dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan
anak usia dini yaitu:
- Tujuan utama: untuk
membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki
kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi
kehidupan di masa dewasa.
- Tujuan penyerta: untuk
membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia
dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun.
Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di
beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
- Infant (0-1 tahun)
- Toddler (2-3 tahun)
- Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
- Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8
tahun)
Hal-hal yang harus dipahami dalam Karakteristik
Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:
- Mengetahui hal-hal yang
dibutuhkan oleh anak, yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
- Mengetahui tugas-tugas
perkembangan anak, sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak, agar
dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.
- Mengetahui bagaimana
membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan
kebutuhannya.
- Menaruh harapan dan
tuntutan terhadap anak secara realistis.
- Mampu mengembangkan
potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.
fisik dan psikologis ( hall & lindzey,
1993).
Adapun pentingnya pelayanan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) adalah sebagai berikut:
1) PAUD
sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan sangat
fundamental.
2) PAUD
memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak
selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak.
3) Anak
yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan fisik maupun mental yang akan berdampak pada peningkatan prestasi
belajar, etos kerja, produktivitas, pada akhirnya anak akan mampu lebih mandiri
dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
4) Merupakan
Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari perkembangan otak manusia, maka tahap
perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni
mencapai 80% perkembangan otak.
5) Cerminan
diri untuk melihat keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan
layanan baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk meraih
keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan
pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk
mengembangkan hidup selanjutnya.
Pendidikan Anak Usia
Dini merupakan Komitmen Dunia seperti yang tertera dalam kutipan sebagai
berikut:
- Komitmen Jomtien Thailand (1990)
’Pendidikan untuk semua orang, sejak lahir
sampai menjelang ajal.’
- Deklarasi Dakkar (2000)
’Memperluas dan memperbaiki keseluruhan
perawatan dan pendidikan anak usia dini secara komprehensif terutama yang
sangat rawan dan terlantar.’
- Deklarasi ”A World Fit For Children”
di New York (2002)
‘Penyediaan Pendidikan yang berkualitas.
B.
Perkembangan
Kognitif Anak
Menurut PIAGET tahapan perkembangan ini dibagi
dalam 4 tahap yaitu sebagai berikut:
1. Sensori Motor
(usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini
perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’. Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’. Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’, sehingga berkesan ‘pelit’, karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis – rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’, sehingga berkesan ‘pelit’, karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis – rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi ‘hidup kekal’ – diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.
Saat ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi ‘hidup kekal’ – diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.
4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.
Pada umumnya dalam perkembangan Emosional
seorang anak terdapat empat kunci utama emosi pada anak yaitu :
- perasaan marah
perasaan ini akan
muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada
sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa
lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu punketika kemauannya tidak diturutioleh
orangtuanya, terkadang timbulrasa marah pada sianak.
- perasaan takut
rasa takut ini di
rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan suara-suara yang gaduh
atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul
apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi dengan adanya hantu,
monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan lainnya.
- perasaan gembira
perasaan gembira ini
tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya ketika
anakdiberi hadiaholeh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti suatu
lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya.
Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
- rasa humor
Tertawa merupakan hal
yang sangat universal.Anak lebih banyak tertawa di bandingkan orang dewasa.
Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat perasaan itu
merupakan emosi negative dan positif.Perasaan marah dan ketakutan merupakan
sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor
merupakan sikap emosi yang positif.
Menurut
Kohlberg Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan
dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya
dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral
(imoral).Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan.
Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang
tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana
yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak
boleh dikerjakan.
C.
Peranan
keluarga
Keluarga
adalah institusi pertama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak
(generasi).Disanalah pertama kali dasar-dasar kepribadian anak dibangun. Anak
dibimbing bagaimana ia mengenal Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada
Sang Pencipta Allah SWT. Demikian pula dengan pengajaran perilaku dan budi
pekerti anak yang didapatkan dari sikap keseharian orangtua ketika bergaul
dengan mereka. Bagaimana ia diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik,
sikap sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka
diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan
memilih barang halal yang akan mereka gunakan. Kesimpulannya, potensi dasar
untuk membentuk generasi berkualitas dipersiapkan oleh keluarga.
Keluarga
dalam hal ini adalah aktor yang sangat menentukan terhadap masa depan
perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai
semenjak masih dalam kandungan.Anak yang belum lahir sebenarnya sudah bisa
menangkap dan merespons apa-apa yang dikerjakan oleh orang tuanya, terutama
kaum ibu.
Tidak heran kemudian
apabila anak yang dibesarkan dalam situasi dan kondisi yang kurang membaik
semasa masih dalam kandungan berpengaruh terhadap kecerdasan anak ketika lahir.
Dengan
demikian, pihak keluarga sejatinya banyak mengetahui perkembangan-perkembangan
anak.Pada saat anak masih dalam kandungan, pihak orang tua harus lebih
memperbanyak perkataan, perbuatan, dan tindakan-tindakan yang lebih edukatif.
Ketika
anak itu sudah lahir, maka tantangan terberat adalah bagaimana orang tua dapat
mengasihi dan menyayangi anak sesuai dengan dunianya. Poin yang kedua ini
ketika anak-anak (usia bayi hingga dua tahun) mempunyai tahap perkembangan yang
cukup potensial. Anak-anak mempunyai imajinasi dengan dunianya yang bisa
membuahkan kreativitas dan produktivitas pada masa depannya.Tapi, pada
fase-fase tertentu banyak orang tua tidak memberikan kebebasan untuk
berekspresi, bermain, dan bertingkah laku sesuai dengan imajinasinya.Banyak
orang tua yang terjebak pada pembuatan peraturan yang ketat.Ini memang
tujuannya untuk kebaikan anak.
Pengekangan
dan pengarahan menurut orang tua tidak baik untuk memompa
kecerdasan dan kreativitas anak. Bahkan, malah berakibat sebaliknya, yakni anak-anak akan kehilangan dunianya sehingga daya kreativitas anak dipasung dan dipaksa masuk dalam dunia orang tua. Paradigma semacam inilah yang sejatinya diubah oleh pihak orang tua dalam proses pendidikan anak usia dini.
kecerdasan dan kreativitas anak. Bahkan, malah berakibat sebaliknya, yakni anak-anak akan kehilangan dunianya sehingga daya kreativitas anak dipasung dan dipaksa masuk dalam dunia orang tua. Paradigma semacam inilah yang sejatinya diubah oleh pihak orang tua dalam proses pendidikan anak usia dini.
Keluarga
yang selama ini masih cenderung kaku dalam mendidik anaknya pada masa kecil
sejatinya diubah pada pola yang lebih bebas.Anak adalah dunia bermain. Dunia
anak adalah dunia di mana keliaran imajinasi terus mengalir deras.Anak sudah
mempunyai dunianya tersendiri yang beda dengan orang dewasa. Hanya dengan
kebebasan bukan pengerangkengan anak-anak akan bisa memfungsikan keliaran dan
kreativitasnya secara lebih produktif. Hanya dengan dunianya anak-anak akan
mampu mengaktualisasikan segenap potensi yang ada dalam dirinya.
Oleh
karena begitu besarnya peranan orang tua dalam perkembangan anak maka orang tua
dituntut untuk dapat memahami pola-pola perkembangan anak sehingga mereka dapat
mengarahkan anak sesuai dengan masa perkembangan anak tersebut.Selanjutnya
orangtua berkewajiban untuk menciptakan situasi dan kondisi yang memadai untuk
menunjang perkembangan anak-anaknya. Dengan tercapainya perkembangan anak
kearah yang sempurna maka akan terciptanya keluarga yang sejahtera. Menurut
Siregar dalm makalahnya 2 agustus 1996 pada seminar hari anak Indonesia di
Bandung mengemukakan tentang keluarga sejahtera yaitu bahwa keluarga sejahtera
selalu didambakan setiap individu. Tujuan utama dari keluarga sejahtera adalah
keluarga hendaknya merupakan wadah pengembangan anak seoptimal mungkin,
sehingga mereka berkembang menjadi pribadi dewasa yang penuh tanggung jawab dan
matang dikemudian hari.
D.
Menumbuhkan
Kecerdasan Anak Usia Dini
Seorang
anak yang baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan
fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Namun secara
pasti berangsur-angsur anak akan terus belajar dengan lingkungannya yang baru
dan dengan alat inderanya, baik itu melalui pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan mapun pengecapan. Anak berkemungkinan besar untuk
berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Bahkan anak bisa
meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada usia kedewasaannya sehingga ia
mampu tampil sebagai pionir dalam mengendalikan alam sekitar. Hal ini karena
anak memiliki potensi yang telah ada dalam dirinya.
Hal
yang dibutuhkan anak agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya
upaya-upaya pendidikan sepertiu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif,
memotivasi anak untuk belajar, dan bimbingan serta arahan kearah perkembangan
yang optimal.Dengan begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan
potensi yang ada dalam diri anak. Sebab jika potensi kecerdasannya tidak
dibimbing dan diarahkan dengan rangsangan-rangsangan intelektual, maka walaupun
dia memiliki bakat jenius aakan tidak ada artinya sama sekali. Sebaliknya jika
seorang anak yang memiliki kecerdasan rata-rata atau normal bila didukung
lingkungan yang kondusif maka ia akan dapat tumbuh menjadi anak yang cerdas
diatas rata-rata atau superior. Hal ini berarti lingkungan memegang peranan
penting bagi pendidikan anak selain bakat yang telah dimiliki oleh anak itu
sendiri.
E.
Karakteristik
Belajar Anak
Menurut
konsep PAUD yang sebenarnya, anak-anak seharusnya dikondisikan dalam suasana
belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan lewat berbagai permainan. Dengan
demikian, kebutuhannya akan rasa aman dan nyaman tetap terpenuhi. Kalaupun
kepada siswa SD kelas awal ingin diajarkan konsep berhitung, contohnya,
pilihlah sarana pembelajaran melalui nyanyian atau cara lain yang mudah
dipahami dan menyenangkan.
Proses
pembelajaran kepada anak harus sesuai dengan konsep pendidikan anak usia dini.
Mengajarkan konsep membaca dan berhitung, contohnya, haruslah dengan cara yang
menarik dan bisa dinikmati anak. Yang tidak kalah penting, selama proses
belajar, jadikan anak sebagai pusatnya dan bukannya guru yang mendominasi
kelas. Dalam pelaksanaannya, inilah yang disebut CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif).Jadi bukannya “CBSA” yang kerap diplesetkan sebagai “Catat Buku Sampai Abis“.
Sementara
pendidikan usia dini yang diberikan dalam keluarga juga harus berpijak pada
konsep PAUD. Artinya, pola asuh yang diterapkan orang tua hendaknya cukup
memberi kebebasan kepada anak untuk mengembangkan aneka keterampilan dan
kemandiriannya.Ingat, porsi waktu terbesar yang dimiliki anak adalah bersama
keluarganya dan bukan di sekolah.
F.
Program
Pendidikan Bagi Anak Usia Dini
Peraturan Pemerintah
Nomor 27 tahun 1992 tentang pendidikan pra-sekolah, pasal 4 ayat (1) disebutkan
bahwa “bentuk satuan pendidikan pra-sekolah meliputi Taman Kanak-kanak,
Kelompok Bermain dan Penitipan Anak serta bentuk lain yang diterapkan oleh
Menteri.
Kelompok Bermain
Pendidikan
dini bagi anak-anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) merupakan hal yang penting,
karena pada usia ini merupakan masa membentuk dasar-dasar kepribadian manusia,
kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan serta kemandirian maupun kemampuan
bersosialisasi. Pada dasarnya dunia anak adalah dunia fundamental dari
perkembangan manusia menuju manusia dewasa yang sempurna.Disadari bahwa generasi
merupakan generasi penerus yang perlu dibina sejak dini, karenanya pembinaan
sejak dini merupakan tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Pembinaan anak
usia pra-sekolah terutama peranan keluarga sangat menentukan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Seorang anak yang
baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan fungsi-fungsi fisik
maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Hal yang dibutuhkan anak
agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya upaya-upaya pendidikan
sepertiu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk
belajar, dan bimbingan serta arahan kearah perkembangan yang optimal.Dengan
begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada
dalam diri anak.
Masa usia dini merupakan
Periode emas yang merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang
diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode
berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali,
sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu
pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan
(stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan anak.
Pendidikan anak usia
dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Kami dari
penulis menyarankan kepada para pembaca bahwa kami dari penulis menerima dengan
lapang dada segala kritikan dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
MAKALAH ini.
Kami dari pembuat MAKALAH ini juga
menyarankan kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengambil satu reperensi
dari makalah ini saja dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa makalah ini
hanya mengambil referensi dari beberapa sumber saja
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto.Ngalim.(2006). Ilmu pendidikan
teoretis dan praktis. Bandung: Rosda
Gunawan, Ari. (1995). Kebijakan-kebijakan
Pendidikan. Jakarta: PT. Rhineka Cipta
Tilaar.(1992). Manajemen Pendidikan Nasional.
Bandung: Rosda
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar